Hmm...ngomongin cinta di bulan Februari, pasti kamu-kamu langsung pada ngeh mau dibawa ke arah mana topik ini. Suasana bertabur pink, simbol ‘LOVE’ berbentuk daun waru atau Dewa Cupid lagi belajar memanah. Itu semua gampang didapetin di mana-mana. Di setiap sudut plaza dan mal, hotel dan pertokoan, hingga acara TV dan radio, semua rebutan untuk mengekspos momen ini.
Diskon digeber besar-besaran, mulai dari baju, sepatu, hingga aksesoris rambut sampe ke (maaf) underwear. Nah, yang nggak pernah ketinggalan adalah bunga dan coklat. Rasanya bulan Februari hambar tanpa keduanya.
Yup, Valentine. Nuansa merah jambu dan semua hal yang romantis udah mulai terasa sejak kita menginjak bulan Februari. Lihat aja tuh stasiun tv semua pada memanjakan pemirsanya dengan sajian love mulu. Acara-acara spesial siap digeber. Lagu-lagu cinta dan romantis berkumandang. Duh...udah deh seakan dunia milik berdua bagi yang lagi kasmaran. Yang lain mah ke laut aje hehe...
Itu sebabnya, di momen ini seakan memalukan bin ‘haram’ untuk jadi jomblo. Berbagai acara tambahan digelar untuk memfasilitasi para jombloers mencari pasangan agar di hari Valentine, genap tanggal 14 Februari nanti nggak gigit jari. Kalo udah gini, apa pun bakal dilakoni. Nggak peduli malu-maluin juga. Daripada entar dapat predikat KDI alias Kasihan Deh Ih!
Hati-hati ya!
Yup, kita emang harus meningkatkan kewaspadaan terhadap perayaan yang satu ini. Karena doi ibarat racun berlumur madu. Kelihatan manis tapi sebetulnya berbahaya. Apalagi bila dibungkus dengan embel-embel cinta. Duh...mana ada manusia yang nggak suka terhadap kosakata yang satu ini?
Perayaan cinta, hmm...terdengar manis kan? Sebaliknya, mana ada perayaan hari kebencian? Yang ada emang perayaan hari cinta kasih. Sebetulnya banyak banget budaya impor lain yang udah mulai mencemari perilaku para muda-mudi muslim. Cuma emang yang paling mendunia dengan alasan topik universal yah hari valentine alias V-Day ini. Padahal juga nggak harus gitu-gitu amat.
Cinta emang universal. Tapi cara merayakannya yang nggak. Kamu nggak bisa memungkiri kalo perayaan selalu dipengaruhi oleh cara pandang seseorang terhadap kehidupan. Kalo mereka memandang bahwa hidup ini adalah sebagai ajang hura-hura dan foya-foya, maka perayaan mereka pun nggak jauh dari sikap hidup permisif alias serba boleh. Nggak ada yang namanya halal dan haram. Lha wong mereka menganggap bahwa kehidupan ini nggak ada hubungannya dengan agama. Agama biar di pojok-pojok masjid yang berdebu, untuk hidup di dunia yang penting mau sama mau. Yang penting enjoy aja lagi.
Coba kamu tengok gimana cara merayakan orang-orang dari mana Valentine itu berasal. Mulai dari mempersiapkan gaun pesta hingga memilih calon pasangan buat merayakan momen itu. Foto-foto dengan pose seronok yang menampilkan daya tarik fisik dipajang dengan harapan ada lawan jenis yang nyamperin. Setelah itu blind date. Tahu kan blind date? Kencan dengan lampu dimatikan gitu? Yang nggaklah, Non. Kencan cuma dengan berbekal foto doang. Kita nggak tahu apakah orang yang bakal kita temui nanti adalah pembunuh berantai misalnya. Atau pengangguran yang punya tampang perlente tapi paling mampu tampil meyakinkan. Dalam momen beginian, yang punya wajah ala artis sinetron dan body ala gitar Spanyol yang pasti laku. Yang punya tampang pas-pasan dan body jauh dari aduhai, siap-siap gigit jari aja.
Di hari H nanti, sudah jadi rahasia umum kalo pesta seks selalu digelar. “Itu kan di Barat, Indoensia beda dong.” Mungkin itu alasan kamu. Inget Non, yang namanya mental dijajah, apa pun yang dilakuin penjajahnya pasti bakal diikutin. Secara terbuka gaung pesta seks mungkin belum terdengar. Tapi kalo kamu sedikit jeli, di acara Fenomena Trans TV atau pun buku Moammar Emka yang best seller itu, intrik-intrik seks binatang model apa pun ada.
See, jangan pernah bilang lagi kalo yang begituan nggak mungkin terjadi di Indonesia. Maka benar sabda Rasulullah saw. : “Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?” (HR Bukhari Muslim)
Nah, kalo udah kayak gini, rasa-rasanya kasihan banget kosakata cinta yang sering disalahgunakan oleh manusia. Dan penyalahgunaan ini menemukan momennya di acara Valentine Day. Acara baku syahwat digelar atas nama cinta. Laki perempuan campur baur dalam satu ruangan. Masa’ iya ada acara V-Day tapi laki kumpul sama jamaah laki, perempuan kumpul sama perempuan. Terus, satu sama lain saling menasihati dalam kebaikan. Hihi...itu mah di forum pengajian atuh ya.
V-Day = hari cinta kasih?
Nah, sekarang kenapa pula harus bulan Februari? Lebih sempitnya lagi kenapa juga harus tanggal 14 Februari? Kalo perayaan hari cinta kasih or kasih sayang dibatasi tanggal or bulan seperti ini, kayaknya sempit banget. Kalo kamu yang pro perayaan ini beralasan bahwa ini kan cuma perayaannya aja, tapi kasih sayangnya yah kudu everyday-everywhere. Kalo emang udah kayak gitu, terus ngapain lagi ada perayaan V-Day? Tul nggak?
Terus terang nih ye, V-Day yang dari semula emang sengaja ditujukan untuk penghormatan kepada pendeta St. Valentino yang mati dihukum penguasa Romawi, emang sengaja disulap pake embel-embel hari kasih sayang. Supaya kamu-kamu yang muslim nggak merasa jengah ketika ikutan merayakannya. Terus perayaan yang semula ditujukan bagi muda-mudi aja untuk cari pasangan seks, sengaja dikamuflase dan diperluas hingga ke sayang or cinta pada ayah ibu or sesama.
Padahal kalo kita mau sedikit aja untuk jeli, perayaan V-Day adalah perayaan kemunafikan. Serigala berbulu domba, racun dilumuri madu. Gimana nggak, kalo budaya yang diimpor dari Barat ini mengajarkan kasih sayang dengan perayaan V-Day ternyata pada saat bersamaan mereka pula yang menjajah dan membombardir Irak, Afghanistan, Moro, Chechnya dll. Di saat para sipir penjara di Guantanamo dan Abu Ghraib foya-foya merayakan V-Day, pada saat yang sama mereka menyiksa dengan keji para tahanan yang mayoritas Muslim dan belum tentu terbukti bersalah.
Kontradiktif banget. Karena pada dasarnya perayaan V-Day emang perayaan untuk gaul bebas, bukan perayaan cinta. Catet tuh, bila perlu diwarnai pake stabilo.
Jangan tertipu, Non!
Sebagai muslim, kamu kudu jadi remaja cerdas. Cerdas untuk nggak ikut-ikutan budaya yang nggak ada tuntunannya dalam syariat Islam, pun juga cerdas dalam menyikapi fenomena menjamurnya perayaan V-Day.
Ibaratnya nih, melihat tembok yang nangkring di depanmu, jangan cuma diam dan manggut-manggut aja. Biasakan untuk kritis mencari tahu kenapa ada tembok didirikan di depanmu, kenapa nggak di kampung sebelah misalnya. Lalu siapa yang mendirikan tembok itu, apa tujuannya didirikan tembok dan semua pertanyaan-pertanyaan kritis.
Sama. Ketika ada perayaan V-Day, kamu juga kudu kritis. Apa bener ini perayaan cinta seperti yang digembar-gemborkan itu? Padahal perayaan cinta kalo di negeri asal V-Day ini nggak jauh-jauh dari ngelakuin seks bebas. Kamu tahu apa bahasa Inggris-nya untuk aktivitas yang pantasnya dilakukan suami-istri ini? Making love. Yup, saya aja dulu sempat terkecoh mengira bahwa istilah ini nggak ada hubungannya sama esek-esek.
Makanya kamu kudu berhati-hati dan jeli kalo ada orang menghubungkan V-Day dengan cinta. Itu sama juga artinya menghubungkan V-Day dengan seks. Again, kamu kudu kritis mencari tahu tujuan diadakannya V-Day ini, siapa orang-orang di baliknya, siapa yang getol banget mempromosikannya, trus kenapa juga harus V-Day. Jangan mau hanya jadi remaja kayak kerbau dicocok hidungnya, ngikut apa pun yang dilakukan oleh orang lain meski itu bertentangan dengan keyakinan kita.
Lagipula kalo emang perayaan cinta dan bukan perayaan seks, ngapan juga setiap pesta yang digelar hampir selalu mensyaratkan bawa pasangan masing-masing. Tul kan?
Dan yang paling utama, perayaan V-Day dengan budaya serba bebas ini berasal dari pandangan hidup sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Kalo agama yang mayoritas mereka anut memang pantas karena memang tidak ada aturan secara rinci gimana melakoni kehidupan dengan baik dan benar. Tapi kalo Islam? Islam itu ad-dien yang maknanya bukan hanya sekadar agama ritual. Tapi Islam adalah ad-dien yang bermakna the way of life, ideologi, pandangan hidup atau bahasa kerennya mabda’.
So, karena sifat Islam yang beda inilah kamu-kamu nggak bisa asal ngikut sesuatu yang nggak ada tuntunannya dalam Islam. Salah-salah kalo kamu masih tetep ngeyel ngelanggar, malah terjerembab dalam aktivitas yang sia-sia bahkan mengakibatkan dosa. Itu karena kalo kamu udah meyakini diri sebagai seorang muslim, segala aktivitasmu di dunia bakal ada pertanggungjawabannya di akhirat. Beda kalo Islam kamu sebatas KTP aja. Biar udah diingetin sedemikian rupa, bawaannya EGP aja, Emang Gue Pikirin? Naudzhubillah. Moga kamu bukan remaja muslim tipe ini yah.
Bangga dong jadi Muslim!
Loh, apa hubungannya? Orang yang latah suka meniru-niru tanpa pengetahuan tentang apa yang ditirunya itu, itu menunjukkan kepercayaan diri orang itu rendah. Nggak percaya? Coba tanya diri kamu sendiri. Kalo kamu ikut-ikutan ngerayain V-Day, apa pemicunya?
Bisa aja kan kamu beralasan, “Nggak enak sama temen, entar dikira nggak gaul kalo nggak ikutan.” Ikutan V-Day biar disangka modern, gitu? Ehm.. ngaku nggak nih?
Padahal kamu tuh muslim. Muslim itu punya pendirian, nggak gampang ikut-ikutan. Bisa-bisa entar termasuk ke dalam golongan yang tasyabuh alias menyerupai kaum kafir. Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang menyerupai suatu kaum (gaya hidup dan adat istiadatnya), maka mereka termasuk golongan tersebut.” (HR Abu Daud dan Imam Ahmad dari Ibnu Umar)
Beda kalo kamu bangga sebagai muslim. Ketika ada teman yang ngajak untuk ikut perayaan Vday, kamu bisa dengan tegas tapi sopan untuk menolaknya. Bahkan bisa jadi kamu memberi penjelasan ke temanmu itu tentang apa dan bagaimananya V-Day itu untuk menjauhkan pemuda muslim dari Islam sebagai the way of life.
Dalam Islam, kasih sayang tidak kenal waktu dan tempat tertentu. Semua situasi dan kondisi adalah momen di saat kita bisa menunjukkan dan merayakan cinta. Nggak harus nunggu tanggal 14 Februari. Bagi kaum Muslimin, di tiap detik dan nafasnya adalah ungkapan cinta.
Kalo kamu bersin dan mengucapkan hamdallah, Rasulullah kekasih kita menganjurkan Muslim lain yang mendengarnya untuk menjawab dengan yarhamukallah dan dijawab lagi oleh yang bersin yahdikumullah yang artinya semoga Allah merahmatimu, begitu juga dengan dirimu. Saling mendoakan.
Ini hanya salah satu contoh. Belum lagi anjuran Islam untuk menghormati yang tua dan menyayangi yang muda dalam setiap waktu, tak perlu nunggu setahun sekali untuk menyatakan cinta. Betu? Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu (kaum muslimin), hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim)
See, kalo mau tahu yang namanya bentuk riil kasih sayang dan bukan hanya slogan, Islamlah buktinya. Nggak perlu kamu ikut-ikutan V-Day hanya dengan alasan hari kasih sayang or cinta kasih. So, kalo kamu emang Muslim, “Tunjukkin cinta lo di jalan yang benar sesuai ajaran Islam! Berani? Kita tunggu deh. Oke?
Sunday, 18 October 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment