Facebook

Wednesday, 28 October 2009

Bukan Bintang Biasa

Kalo ditanya, siapa para pemeran film “Bukan Bintang Biasa” yang diproduseri sama Mbak Melly Guslaw? Kayaknya banyak yang tahu dan sigap nyebutin satu persatu. Siapa aja coba? Yup, para pemeran BBB itu adalah Laudya C Bella, Chelsea Olivia, Ayu Shita, Raffi Ahmad, dan Dimas Beck. Film yang disutradarai oleh Lasja F Susantyo ini berkisah tentang kehidupan lima remaja. Bella, Raffi, Ayu, Dimas dan Chelsea adalah lima remaja yang kuliah di sebuah kampus seni. Sebagai remaja, kesibukan mereka tentunya bukan hanya kuliah dan kegiatan ekskul lainnya tapi juga disibukkan dengan urusan cinta masing-masing.

Bella dan Raffi yang awalnya berpacaran harus putus dengan alasan yang klise. Beda lagi dengan Dimas yang ngebet dengan Chelsea. Meskipun Chelsea kadang tulatit dan suka lupa, tapi kepintaran dan keimutannya membuat Dimas gemas sampai akhirnya jatuh cinta. Masih ada lagi Ayu, yang suka chatting dan berharap suatu hari menemukan seseorang seperti dalam mimpinya… Lantas, bagaimana kalau seseorang itu malah sebaliknya?

Perjalanan cinta masing-masing tidaklah mulus, walau pada akhirnya mereka menemukan pasangan cintanya. Dan, lebih dari itu, meski cinta pernah membuat hubungan kelimanya renggang tapi mereka sadar bahwa persahabatan ternyata di atas segalanya (www.21cineplex.com)

Boys and gals, STUDIA nggak bakal ngupas nih film dengan detil. Sebab, selain temanya pasaran, juga ya gitu-gitu aja kayaknya. Nggak lepas dari tema percintaan dan persahabatan yang udah umum. Bahkan sebetulnya tema persahabatan pun boleh dibilang cuma pelengkap doang dari tema utamanya yang lebih banyak membahas tentang cinta dan pergaulan.

Bener nih cuma tema itu? Hmm.. simak aja nih lagu yang menjadi soundtrack film ini. Judulnya sama dengan judul filmnya: “Once upon a time ada sebuah bintang/ Yang bersinar terang di hatimu/ Ku akan datang lagi/ menjemputmu dengan cinta/ Kan kubagikan semua bintangku/ Kumiliki bintang, bukan bintang biasa/ Ku bisa hapuskan semua dukamu/ Ku tak akan menghilang, slalu ada di hatimu/ Memberi bintang hanya untuk cinta.”

Sobat, buletin kesayangan kamu ini pengen bahas karena judul film ini menarik: Bukan Bintang Biasa. Mungkin saja Mbak Melly sebagai produser punya keinginan sendiri dengan judul seperti itu. Punya target dan juga definisi khusus yang ingin disampaikan kepada pemirsa dengan mengusung bukan bintang biasa itu. Nah, STUDIA juga ingin bahas tentang itu, judul yang menarik itu, tapi dari sudut pandang Islam, gitu lho. Boleh aja kan?

Yup, menjadi bintang pasti menyenangkan. Bintang Pelajar misalnya, pasti julukan yang oke banget dan bikin hati kita berbunga-bunga karena menjadi bintang di antara pelajar lainnya. Perumpamaan ini tentunya nggak mengada-ada. Sebab, faktanya bintang memang selalu di atas. Itu pula barangkali ada nama obat yang menggunakan nama bintang, hotel biar terkesan keren perlu menempatkan beberapa bintang untuk menunjukkan kelasnya, termasuk bintang lapangan hijau. Iya nggak sih?

Intinya, menjadi bintang berarti menjadi lebih dari segalanya di antara kumpulan manusia di suatu komunitas. Kalo dipikir-pikir, memang banyak pemain sepakbola yang keren dan bagus-bagus di jagat ini, tapi David Beckham ternyata mampu menyedot perhatian banyak penduduk dunia dan menempatkannya menjadi bintang di antara bintang sepakbola lainnya. Bukan bintang biasa.

BTW, yang akan dibahas sama STUDIA adalah Bukan Bintang Biasa di mata Allah Swt. Meski banyak kaum muslimin, tapi nggak mau dong cuma dianggap bilangan doang, tapi ingin diperhitungkan juga. Apalagi di hadapan Allah Swt. Artinya, kita nggak mau cuma menjadi muslim biasa. Harus yang luar biasa.
Bukan muslim biasa

Sobat, menentukan ukuran biasa dan luar biasa itu memang perlu ada standarnya. Supaya jelas dan tegas. Mana yang bisa disebut luar biasa, mana yang biasa saja. Harus sepakat pula sudut pandangnya. Apakah diserahkan kepada manusia atau kepada Pencipta manusia untuk menilainya. Tul nggak? Supaya apa? Supaya manusia nggak mengklaim saling merasa benar sendiri, gitu lho.

Maka, jika dilihat dari sudut pandang manusia tanpa bimbingan wahyu dari Allah, manusia akan banyak setuju kalo mereka memang bukan bintang biasa. Ukurannya: mereka ganteng dan cantik, kaya, bisa main film, bisa nyanyi, bisa menghibur orang dan sejenisnya. Tapi, apakah menurut Pencipta manusia juga mereka disebut bintang? Allahu’alam. Kita cuma diberi tuntunan tentang kehidupan ini. Mana yang salah dan mana yang benar. Perbuatan mana yang terpuji dan apa saja yang tercela. Kita bisa memilihnya karena sudah diberikan akal.

Oke, diperjelas dikit nih. Apakah yang disebut bukan bintang biasa itu hanya dinilai dari tampilan fisik saja? Sementara pikiran dan perasaannya yang sebetulnya menjadi ukuran diabaikan? Apa kita merasa nyaman berada di sisi orang yang ganteng dan cantik tapi mereka suka maksiat? Apa kita merasa enjoy bergaul dengan mereka yang kaya dan tenar tapi menyebalkan kepribadiannya? Saya pikir, kita perlu merenungkan hal itu.

Nah, hal ini tentu sama saja dengan keberadaan kita saat ini. Sebagai muslim, apakah kita cukup merasa puas diri hanya karena kita disekolahkan di sekolah Islam, apakah merasa sudah hebat ketika sudah menguasai ilmu pengetahuan agama, atau apakah merasa tenang ketika sudah mengenakan semua simbol-simbol agama? Itu belum cukup, Bro. Sebab, banyak dari kita yang disekolahkan di sekolah Islam atau pesantren, tapi kelakuannya tetep nggak mencirikan pribadi seorang muslim. Kepala sih pake kerudung, pinter baca al-Quran pula, tapi gaul bebas dengan lawan jenis dan bahkan jadi seleb di dunia hiburan. Lha, apa kita merasa puas cuma menyandang nama diri yang islami dan berbalut simbol agama tapi pikiran dan perasaan kita dijajah ideologi lain? Menyedihkan!

Padahal, kalo ngeliat kebanyakan orang saat ini ingin menjadi bintang di mata manusia lainnya. Mengapa kita sebagai muslim, nggak merasa harus berlomba menjadi ‘Bukan Muslim Biasa’ di mata Allah dan juga di mata manusia? Tapi, yang terpenting di mata Allah. Kalo di mata manusia mah, khawatir terjerumus ke dalam penyakit hati macam riya’, ujub, dan takabbur yang bisa ngegerogoti pahala kita.

Sobat, sebenarnya menjadi muslim itu sendiri sudah menjadi bintang di dunia ini, dan insya Allah di akhirat. Kita umat pilihan. Firman Allah Swt., :” “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS Ali Imran [3]: 110)

Tapi, dalam hidup ini kita juga dianjurkan untuk selalu menjadi yang terbaik (seperti anjuran dalam ayat ini). Sebab, baik saja belum cukup. Harus yang terbaik. Memang praktiknya berat dan mungkin butuh konsistensi kita. Tapi kan bisa diusahakan. Bismillah deh, atas ijin Allah insya Allah pasti bisa. Sebab, Allah udah menjanjikan, bahwa bagi orang yang beriman dan beramal shalih, saling menasihati dalam kebenaran (Islam) dan kesabaran nggak bakalan rugi di dunia ini. Allah Swt. berfirman:

وَالْعَصْرِ.إِنَّ الإِْنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ.إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-‘Ashr [103]: 1-3)

Yup, semoga saja, kita menjadi muslim pilihan. Bukan Muslim Biasa. Sehingga menjadi bintang di hadapan Allah Swt. Sebab, Dia nggak bakalan membuat kita kecewa. Kalo manusia masih bisa saling mengecewakan. Tapi Allah Swt. nggak pernah mengecewakan kita, apalagi kalo kita menjadi hambaNya yang terbaik.

Cuma masalahnya nih, jangan bermimpi menjadi muslim yang terbaik alias bukan muslim biasa, jika dalam kehidupan sehari-hari kita nggak mencerminkan pribadi muslim pilihan. Ya, Allah Mahatahu apa yang kita perbuat. Semua amalan kita akan dicatat.

Kalo manusia dengan manusia lainnya bisa saling menipu diri. Kita mungkin sering tertipu dengan penampilan manusia lainnya. Kita anggap baik, ternyata sebenarnya buruk. Tapi ingat, Allah nggak bakalan bisa kita tipu. Percayalah. Yuk, kita taat cuma kepadaNya.
Menjadi manusia pilihan

Menjadi mukmin itu sudah bisa dianggap bintang di antara manusia lainnya yang nggak beriman kepada Allah Swt.. Iman adalah ukuran pertama yang bisa membuat kita bukan manusia biasa. So, syarat pertama menjadi manusia pilihan Allah Swt. adalah beriman. Inilah yang akan menjadikan kita sebagai bintang di hadapan Allah Swt. mengalahkan bintang-bintang dalam penilaian sebatas akal dan hawa nafsu manusia.

Kedua, manusia yang berilmu. Ini sangat penting dan akan memberikan perbedaan dengan manusia pada umumnya, termasuk di antara kaum muslimin. Orang yang berilmu tentu lebih tinggi derajatnya ketimbang yang tak berilmu. Firman Allah Swt.: “… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS al-Mujaadilah [58]: 11)

Nah, yang ketiga agar menjadi manusia pilihan Allah Swt. adalah, beramal shaleh. Wah, lengkap deh. Insya Allah menjadi bintang di atas bintang di hadapan Allah Swt. Nggak heran kan kalo sampe kita menjadi “bintang di surga”. Allah Swt. berfirman: “”Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: ‘Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya’.” (QS az-Zumar [39]: 73)

Subhanallah. Milih mana, menjadi bintang di dunia atau di surga? Enaknya sih nggak usah milih salah satu, dua-duanya kita pilih. Dan, itu hanya ada pada Islam. Islam yang akan menjadikan kita bintang di dunia sekaligus di surga. Asal, kita beriman, berilmu, bertakwa dan beramal shalih. Tuntunan hidup kita hanya aturan Allah Swt. dan RasulNya. Bukan yang lain. Siap kan? Insya Allah. Ayo, mulai berbenah menjadi manusia pilihan di mata Allah Swt. Bukan manusia biasa dan bukan muslim biasa. Bukan bintang biasa, tapi bintang di dunia dan sekaligus di akhirat. Bagaimana? Mau kan jadi bintang di hadapan Allah Swt.?



0 comments:

Post a Comment