KONSEP DASAR PENDIDIKAN SENI RUPA
A. KONSEP
PENDIDIKAN SENI
Pendidikan seni merupakan saran untuk pengembangan
kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan
permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi
seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan
aktivitas permainan. Melalui permainan, kita dapat mendidik anak dan membina
kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni dapat
digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak
memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Beberapa aspek penting yang perlu mendapat perhatian
dalam pendidikan seni antara lain kesungguhan, kepekaan, daya produksi,
kesadaran berkelompok, dan daya cipta. Pendidikan seni adalah segala usaha
untuk meningkatkan kemampuan kreatif ekspresif anak didik dalam mewujudkan
kegiatan artistiknya berdasrkan aturan-aturan estetika tertentu. selain itu,
pendidikan seni di SD bertujuan menciptakan cipta rasa keindahan dan kemampuan
mengolah menghargai seni. Jadi melalui seni, kemampuan cipta, rasa dan karsa
anak di olah dan dikembangkan.
Selain mengolah cipta, rasa dan karsa seperti yang
diterapkan di atas, pendidikan seni merupakan mengolah berbagai ketrampilan berpikir.
Hal tersebut meliputi ketrampilan kreatif, inovatif, dan kritis. Ketrampilan
ini di olah melalui cara belajar induktif dan deduktif secara seimbang.
Dunia anak adalah dunia bermain. Salah satu fungsi
seni adalah sebagai media bermain. Oleh sebab itu, aktivitas berolah seni dapat
dikembangkan melalui bermain. Melalui bermain kemampuan mencipta atau berkarya,
bercita rasa estetis dan berapresiasi seni diperoleh secara menyenangkan.
Melalui kondisi yang menyenangkan seperti ini, anak akan mengulang setiap
aktivitas belajarnya secara mandiri dan akan menjadi kebiasaan dan keinginan
terhadap seni.
B. KONSEP
PENDIDIKAN SENI RUPA SD
Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah
yang relatif baru digunakan dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan
istilah menggambar. Penggunaan istilah pengajaran menggambar ini berlangsung
cukup lama hingga kemudian diganti dengan istilah Pendidikan Seni rupa.Materi
pelajaran yang diberikan tidak hanya menggambar tetapi juga beragam bidang seni
rupa yang lain seperti mematung, mencetak, menempel dan juga apresiasi seni.
Tujuan pengajaran menggambar di sekolah adalah untuk menjadikan anak pintar
menggambar melalui latihan koordinasi mata dan tangan.
Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan
kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan
permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan.
Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan
untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan,
melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini
mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat
pendidikan. Pendidikan Seni Rupa adalah mengembangkan keterampilan menggambar,
menanamkan kesadaran budaya lokal, mengembangkan kemampuan apreasiasi seni
rupa, menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan
disiplin ilmu Seni Rupa, dan mempromosikan gagasan multikultural.
C.
HAKEKAT
SENI dan SENI RUPA
Kata
seni adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun
dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata
“sani” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Mungkin
saya memaknainya dengan keberangkatan orang/ seniaman saat akan membuat karya
seni, namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau
karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna ini,
karena kenyataannya kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan
semakain memperkeruh suasana kesenian, biarlah orang memilih yang mana terserah
mereka.
Seni
adalah proses yang sengaja mengatur unsur-unsur dalam suatu cara yang menarik
indra atau emosi. Ini mencakup berbagai macam kegiatan manusia, ciptaan, dan
cara berekspresi, termasuk musik, sastra, film, patung, dan lukisan. Makna seni
ini dibahas dalam cabang filsafat yang dikenal sebagai estetika.
Seni
memiliki sifat dasar kreatif, individual, perasaan, abadi, dan universal.
Pengertian kreatif adalah kemampuan seseorang untuk mengubah sesuatu yang ada
menjadi baru dan orisinil. Contoh: Batu yang diubah menjadi patung, tanah liat
dapat menjadi keramik, suara diubah menjadi musik, gerakan menjadi sebuah
tarian, dll. Sifat individual adalah bahwa suatu karya seni memiliki ciri
perseorangan dari penciptanya. Lagu-lagu yang diciptakan Ebit G. Ade, sangat
berbeda dengan lagu-lagu Rhoma Irama, Titik Puspa, atau pun yang lainnya. Atau
lukisan Afandi sangat berbeda dengan lukisan-lukisan Basuki Abdullah, Raden
Saleh, Popo Iskandar, Piccaso, Van Googh, maupum pelukis lainnya. Ciri khas
pribadi inilah yang merupakan identitas dari karya mereka.
Seni
memiliki sifat perasaan, pengertiannya dalam membuat karya seni selalu
melibatkan emosi dan jiwa. Oleh sebab itu, untuk dapat menikmati sebuah karya
harus menggunakan kepekaan perasaan yang paling dalam. Sebuah lagu yang
diciptakan melalui perasaan seorang seniman, kemudian dibawakan seorang
penyanyi yang menjiwai isi lagu itu. Tampil dalam suara dan penampilan yang
seirama, maka para pendengar lagu itu akan tergugah hatinya. Semua itu jika ada
kesungguhan dalam menggunakan indera rasa seperti yang dilakukan pencipta dan
penyanyinya.Seni memiliki sifat abadi atau keabadian. Sesungguhnya semua
pembuatan manusia memiliki sifat demikian, yaitu perbuatan baik atau tercela
yang sudah dilakukan tidak dapat dibatalkan. Seseorang yang telah berjasa
kepada kita, sosoknya akan selalu melekat sampai akhir hayat, walau pun mungkin
bendanya sudah hilang ditelan masa. Jika membuat karya seni memiliki tujuan
estetik atau keindahan, hendaknya orang yang menikmatinya turut berlatih juga
untuk berbuat sesuatu yang indah dan terpuji. Maka layaklah seorang seniman
mendapat penghargaan ketika ada anak yang berbuat sesuatu kebaikan jika
terpengaruh (menangkap amanat) cerita film, novel, syair lagu, dll. Tetapi
sebaliknya, siapa yang bersalah jika kelakuan tidak baik diakibatkan oleh
pengaruh cerita film atau buku-buku yang tidak mendidik? Seni bersifat
universal, artinya seni tidak mengenal batasan waktu, bangsa, bahasa, dll.
Sebagai contoh, semua orang yang berlainan bahasa akan tertawa terbahak-bahak
ketika melihat tingkah laku badut sirkus yang sangat lucu. Atau seorang yang
melihat gambar karikatur akan tersenyum tanpa mengetahui siapa pembuatnya.
Seni
rupa adalah salah satu cabang kesenian,seni rupa merupakan ungkapan gagasan dan
perasaan manusia yang diwujudkan melalui pengolahan median dan penataan elemen
serta prinsip-prinsip desain. Seni rupa merupakan realisasi imajinasi yang
tanpa batas dan tidak ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya
seni tidak akan kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang
tercipta merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang
dibuat merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang ada (sebagai
catatan bahwa media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas).
Dalam
berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada yang mengatakan
salah pada karya yang telah diciptakan. Namun demikian, di dalam proses
berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses belajar, maka harus dilakukan
dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari pembelajaran. Untuk anak usia
dini (0 – 8 tahun), ketika belajar tentang seni rupa tidak hanya bertujuan
untuk berproses berkarya seni saja, karena selain itu juga diharapkan dapat
memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional serta kemandirian
pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat, seorang anak akan dapat melatih
potensi-potensi yang bermanfaat.
Seni rupa atau seni yang tampak adalah
salah satu bentuk kesenian visual atau tampak ada yang tidak hanya bisa diserap
oleh indera penglihatan, tetapi juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah
teksturnya dapat dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb.
Namun tidak menutup kemungkinan tekstur ini adalah tekstur maya (ada namun
tidak nyata) atau tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita
dikelabuhi oleh sesuatu yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu
seolah-olah kita melihat adanya tekstur namun kenyataannya tekstur itu tidak ada
jika kita merabanya.
D.
Beberapa
Kegiatan yang Bisa Dilakukan pada Pembelajaran Seni Rupa SD
a. Menggambar
Kegiatan menggambar di SD dapat diterapkan dalam
berbagai cara dari mulai pembuatan shet,pengembangan shet,menjadikan karya
karya lukis atau gambar ,menggambar dengan skema,memindahkan gambar denagan
bantuan kisi-kisi,dan menggambar ekspresi dengan cara memberikan gambaran
kepada siswa bagaimana seorang maestro menggarap karya mereka dari awal sampai
akhir. Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak dan
anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan
kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia
mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain,
gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau
perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk
bahasa.Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil
gambar dan cara anak menggambar:
a)
Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini
biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa
mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa
goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.
b)
Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap
mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai menyadari adanya hubungan antara
gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis
panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
c)
Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun,
pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan
tangan sehingga hasil goresannya pun sudah lebih baik. Tujuan menggambar bagi
anak:
1)
Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk
mengekspresikan diri
2)
Mengembangkan daya kreativitas
3)
Mengembangkan
kemampuan berbahasa
4)
Mengembangkan citra diri anak
b.
Finger
Painting (Lukisan Jari)
Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah
satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa
dikenal dengan nama finger painting. Tujuan dari kegiatan ini adalah :
a)
Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan
gerak otot-otot kecil dan kematangan syaraf.
b)
Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru).
Dari warna-warna yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak,
kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.
c)
Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga
menjadi warna yang sekunder dan tersier.
d)
Mengendalkan estetika keindahan warna.
e)
Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger
painting :
1)
Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu)
2)
Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu
dibasahi)
c. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan
hanya kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan
anak-anak selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali oleh
anak yang berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis
pada anak usia dini biasanya cat air, cat minyak, finger painting, dan
lain-lain.
Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar
sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan
adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan
mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan
cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja.
Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam
lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirikhas kelompok umur mereka
adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubu-ngan dengan hidup
mereka sendiri. Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang
muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka
disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan
dapat membantu mengungkapkanide-ide.
d. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai
mengubah, membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa
adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa
Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk
adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog
dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak mengingkari maksud
dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti
kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk.
Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah
liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk
sesuai keinginan mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka dengan tanah
liat. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.
Teknik membentuk sangat beraneka ragam,diantaranya :
a)
Disambungkan Membutsir. Membutsir adalah membuat karya
tiga dimensi dari bahan yang lunak dengan cara diremas-remas dengan tangan pada
saat tanah masih dalam keadaan lembek.Bahan yang biasa digunakan adalah tanah
dan plastisin.Selain membutsir dengan tangan yang diremas-remaskan tetapi
sering juga menggunakan alat yang disebut sudip.
b)
Memahat. Membentuk dengan jalan membuang bahan yang
tidak dipergunakan dengan cara memahat.Setiap bahan ada peringkat pahat yang
khusus .Media yang dapat dipakai antara lain kayu,batu es,dsb.Karya yang dibuat
dari bahan yang disambung-sambung.
c)
Cor (Menuang). Proses menuang menggunakan bahan cair
yang dituangkan pada alat acuan yang berbentuk cetakan.Setelah menjadi keras
dikeluarkan dari acuan/cetakan.Bahan cair ini dibuat dari semen,plastic ,karet
dan gips.
d)
Merakit. Membuat karya dengan cara menyambung-nyambung
beberapa bagian atau potongan bahan.Caranya disebut merakit,hasilnya disebut
rakitan.Potongan bahan disambungkan dengan cara dilas,dipatri,disekrup atau
dengan cara yang lain.
e. Mencetak
Mencetak adalah proses memperbanyak suatu gambar atau
naskah dengan menggunakan teknik tertentu diantaranya cetak datar,cetak
tinggi,cetak dalam,cetak saring,cetak copy,dan cetak dengan pintu out.
Mencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai
dari anak berusia 5 tahun. Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan
idenya sendiri. Entah bagaimana dengan cara apa seorang anak berusia 5 tahun
dalam pembelajaran mencetak anak menemukan bahwa menepukkan spons yang sudah
diberi warna di atas menghasilkan rangkaian pola yang berulang-ulang (perihal
mencetak, merupakan suatu kemungkinan yang menakjubkan untuk mengulanginya).
Mencetak yang formal membuthkan pelat atau stempel.
Stempel tersebut gambar-gambar yang diukir atau ditimbulkan, yang diberi tinta
dan kemudian dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana terbuat
dari Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak didik kita. Untuk
anak-anak usia 5 tahun dan 6 tahun, penting khususnya untuk menyuruh mereka
mencetak dihari yang sama. Dengan cara ini mereka sungguh-sungguh memahami
prosesnya. Semua anak menikmati mengeksplorasi efek-efek yang dihasilkan
tekstur ini ketika pelatnya dicetak.
f. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat
menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih
diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan
keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup
mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara. Koin-koin biasanya adalah
favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana dan mudah sekali didapat.
Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek
yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat
anak-anak peka pada dunia sekitar mereka.
g. Kolase
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah
penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di
kelasbiasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain,
bahan-bahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai
bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang
penggunaan warna, ukuran dan bentuk. Ada beberapa macam kolase yaitu:
a)
Kolase dengan kertas dan kain
b)
Kolase dengan tekstur
h. 3M
(Menggunting,Menempel,Melipat)
Karya rupa 3M ini merupakan proses manipulasi lembaran
kertas menjadi suatu bentuk tiga dimensi.Di Jepang teknik seperti ini disebut
teknik origami.
E. BENTUK KARYA
SENI RUPA
Berbagai karya seni rupa di sekeliling kita, memiliki
banyak macam ragamnya. Keragaman tersebut dapat terluhat dari bentuknya,
warnanya, bahan bakunya, alat pembuatannya, fungsinya atau pemanfaatannya. Dari
begitu banyak ragamnya tadi, para ahli membuat penggolongan tentang jenis-jenis
karya seni rupa. Penggolongan atas jenisnya adalah pembedaan antara
karakteristik karya yang satu dengan yang lainnya. Misalnya pada binatang,
penggolongan dapat didasarkan pada jenis kelamin, ada jantan ada betina,
berdasarkan karakteristik anggota tubuhnya, warna kulitnya dan sebagainya.
Demikian juga dalam hal karya seni rupa, kita dapat membedakan jenisnya
berdasarkan fungsi maupun bentuknya.
Berdasarkan
dimensinya, karya seni rupa terbagi dua yaitu:
a. karya dua
dimensi. Karya seni rupadua dimensi adalah Karya seni rupa yang
mempunyai dua ukuran (panjang dan lebar)
b. karya tiga
dimensi. Karya seni rupa tiga dimensi mempunyai tiga ukuran
(panjang, lebar dan tebal) atau memiliki ruang.
Berdasarkan kegunaan atau fungsinya, karya seni
rupa digolongkan ke dalam:
a. karya seni
murni (pure art, fine art). Seni Murni (pure art/fine art)
adalah karya seni yang diciptakan semata-mata untuk dinikmati keindahan atau
keunikannya saja, tanpa atau hampir tidak memiliki fungsi praktis.
Seni murni adalah karya seni rupa yang
dibuat semata-mata untuk memenuhi kebutuhan artistik. Orang mencipta karya seni
murni umumnya berfungsi sebagai sarana untuk mengekspresikan cita rasa estetik.
Kebebasan berekspresi dalam seni murni sangat diutamakan. Yang tergolong dalam
seni murni yaitu: seni lukis, seni patung, seni grafis dan sebagian seni
kerajinan.
b. Karya seni terapan/
pakai (useful art/applied art). Seni Terapan atau seni
pakai (applied art) adalah karya seni rupa yang
dibuat untuk memenuhi kebutuhan praktis. Contoh seni terapan yaitu:arsitektur,
poster, keramik, baju, sepatu, dan lain-lain. Dalam pembuatan seni pakai
biasanya faktor kegunaan lebih diutamakan daripada faktor keindahan atau
artistiknya. Membuat karya
seni terapan tampak lebih sulit dibandingkan karya seni murni. Hal
itu mungkin karena membuat karya seni murni terasa lebih bebas dibanding
membuat karya seni terapan karena tidak memperhitungkan fungsi. Akan tetapi
sering pula terjadi sebaliknya, melukis bisa lebih sulit daripada membuat rumah
tinggal.
F.
JENIS KARYA SENI RUPA
1. Seni Lukis
Seni lukis
merupakan kegiatan pengolahan unsur-unsur seni rupa seperti garis, bidang,
warna dan tekstur pada bidang dua dimensi. Kegiatan yang menyerupai seni lukis
sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi penamaan atau istilah seni lukis
merupakan istilah yang datang dari Barat. Kegiatan yang menyerupai seni lukis
itu dapat juga disebut seni lukis tradisonal. Beberapa contoh dari karya seni
lukis tradisional dapat kita lihat di berbagai daerah di Indonesia seperti seni
lukis kaca di Cirebon, seni lukis Kamasan di Bali, lukisan pada kulit kayu yang
dibuat masyarakat di Irian Jaya dsb. Adapun seni lukis yang kita kenal saat ini
dibuat pada kanvas, dapat disebut seni lukis modern. Beberapa
seniman seni lukis modern Indonesia yang namanya sudah dikenal di mancanegara
diantaranya Affandi, Popo Iskandar, Fajar Sidik, Nanna Banna dsb.
2. Seni Patung
Karya seni
patung diwujudkan melalui pengolahan unsur-unsur seni rupa pada bidang tiga
dimensi. Bahan dan teknik perwujudan pada karya seni patung beraneka ragam.
Bahan yang digunakan dapat berupa bahan alami seperti kayu dan batu, bahan
logam seperti besi dan perunggu atau bahan sintetis seperti plastik resin
dan fibre glass (serat kaca). Sedangkan teknik yang digunakan
disesuaikan dengan bahan yang dipakai seperti teknik pahat, ukir, cor dsb. Seperti
halnya seni lukis, seni patung juga sudah dikenal di Indonesia sejak zaman
prasejarah. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi pembuatan karya
seni patung. Pada masyarakat tradisional, pembuatan karya patung seringkali
dihubungkan dengan kegiatan religi seperti pemujaan kepada 5 dewa atau arwah
nenek moyang. Pada karya-karya seni patung modern, pembuatan karya seni patung
merupakan ekspresi individu seorang seniman. Beberapa seniman patung modern
Indonesia diantaranya: Sunaryo, Sidharta, dan Nyoman Nuarta.
3. Seni Grafis (Cetak)
Seni grafis
adalah cabang seni rupa yang tergolong ke dalam bentuk dua dimensi. Berbeda
dengan seni lukis yang umumnya merupakan karya-karya tunggal, kekhasan dari
karya grafis adalah sifatnya yang bisa direproduksi atau diperbanyak. Pada
awalnya Seni grafis merupakan keterampilan untuk mencetak atau memperbanyak
tulisan. Sesuai dengan proses pencetakannya karya seni grafis terbagi menjadi
empat jenis:
a. Cetak tinggi
Prinsip
cetak ini adalah bagian yang bertinta adalah bagian yang paling tinggi. Bagian
ini bila diterakan atau dicetakkan, tinta atau gambar akan berpindah ke atas
permukaan kertas. Berdasarkan bahan dan alat yang dipergunakan dalam cetak
tinggi dikenal beberapa jenis cetakan seperti cukil kayu (wood cut), cukilan
lino (lino cut), tera kayu (wood engraving) serta cukilan bahan
lain seperti karet atau plastik.
b. Cetak dalam
Prinsip cetak dalam adalah hasil
cetakan yang diperoleh dari celah garis bagian dalam dari plat klisenya bukan
bagian tingginya seperti stempel atau cap. Teknik cetak ini merupakan kebalikan
dari teknik cetak tinggi. Acuan cetak yang dipergunakan adalah lempengan
tembaga atau seng yang ditoreh atau diberi kedalaman untuk tempat tinta.
Kedalaman dibuat menggunakan alat penoreh yang tajam dan kuat dan atau
menggunakan zat kimiawi. Beberapa jenis cetak yang termasuk cetak dalam:
goresan langsung (drypoint), akuatin (aquatint), dan mezzotin (mezzotint
engraving). Seorang penggrafis kadang-kadang memadukan berbagai teknik
sekaligus dalam proses pembuatannya untuk memperoleh efek khusus yang
diinginkannya.
c. Cetak saring
Cetak saring disebut juga serigrafi
atau sablon. Sesuai dengan namanya prinsip cetak ini adalah mencetak gambar
melalui saringan yang diberi batasan-batasan tertentu. Cetak saring dikenal
luas di masyarakat melalui benda-benda yang sering dijumpai sehari hari seperti
aplikasinya pada pembuatan kaos, spanduk, bendera, dsb.
d. Cetak datar
Proses cetak datar atau planografi
adalah memanfaatkan perbedaan sifat minyak dan air serta acuan cetakan yang
terbuat dari batu (litografi) atau seng. Tinta hanya terkumpul pada
bagian cetakan yang sudah digambari dengan pinsil berlemak dan pemindahan
gambar dilakukan dengan alat khusus. Teknik litografi inilah yang mengilhami
prinsip dasar mesin cetak modern.
4. Seni Kria
Pengertian Seni
Kria Seni kria adalah hasil kebudayaan fisik yang lahir
karena adanya tantangan dari lingkungan dan diri kriawan. Seni kria diartikan
sebagai hasil daya cipta manusia melalui keterampilan tangan untuk memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohaninya, serta umumnya dibuat dari bahan-bahan alam.
Penciptaan karya kria yang baik didasarkan pada syarat kegunaan (utility)
dan keindahan (estetika). Syarat keindahan terdiri atas aspek kenyamanan,
keluwesan dan kenyamanan. Hubungan antara bentuk, fungsi dan keindahan juga
merupakan asas penciptaan yang harus dimiliki seorang kriawan. Karya seni kria
memiliki karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh keterampilan dan
kreativitas kriawan, materi, alat, fungsi dan teknik penciptaanya. Aspek-aspek
tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Jenis-jenis
seni kria sering pula dinamai berdasarkan bahan pembentukan atau mediumnya
seperti kria kayu, kria logam, kria serat, kria kulit, kria tekstil, kria kaca,
kria batu dsb. Selain berdasarkan bahannya beberapa kenis kria dinamai atau
dikategorikan berdasarkan teknik pembuatannya seperti kria batik, kria anyam,
kria sungging, kria ukir dsb.
5. Seni Bangunan (Arsitektur)
Pada
dasarnya seni bangunan merupakan bagian dari seni rupa, tetapi karena
kekhususan yang dimilikinya seringkali seni bangunan dikelompokan tersendiri
dalam seni arsitektur. Berdasarkan bentuk dan fungsinya seni bangunan seni
bangunan dapat dikategorikan sebagai seni pakai. Indonesia memiliki warisan
peninggalan karya seni bangunan yang sangat banyak jumlah dan macamnya dan
tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia
mengenal dan memiliki bangunan khas daerahnya masing-masing. Bentuk-bentuk
bangunan tersebut dibuat berdasarkan ide atau gagasan yang bersumber dari
kebudayaannya masing-masing. Struktur, denah, bahan dan teknik pada
rumah-rumah-rumah adat tradisional dibangun berdasarkan aturan-aturan baku yang
dipatuhi dan diwariskan secara turun temurun. Dalam perkembangannya, pengaruh
kebudayaan yang datang dari Barat memperkenalkan bentuk-bentuk baru pada
bangunan-bangunan yang sudah ada. Bentuk-bentuk baru tersebut dengan imajinasi
dan kreativitas seniman (arsitektur) diolah dan digabungkan dengan
bentuk-bentuk tradisional yang sudah ada sebelumnya menghasilkan bentuk-bentuk
bangunan kontemporer. 10
6. Desain
Desain
merupakan kegiatan reka letak atau perancangan. Hampir semua karya seni rupa
melalui proses perancangan sebelum diproduksi atau diwujudkan dalam bentuk jadi
yang sesungguhnya. Tetapi, pengertian desain saat ini lebih sering digunakan
untuk menunjukkan proses perancangan karya-karya seni rupa terapan (useful
art).
G.
PRINSIP DASAR SENI RUPA
Yang
dimaksud Prinsip Dasar Seni Rupa adalah : Pengetahuan dasar untuk
berkarya seni rupa merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang
yang akan berkarya seni rupa dalam bentuk dua Demensi maupun Karya seni Rupa
tiga Demensi.
1. KOMPOSISI
Suatu
cara dan ketentuan untuk mengatur, mengusun, meramu (menyampur) dengan dasar
kaidah-kaidah yang ada, hingga mewujudkan, suasana tatanan yang harmonis,
kaidah-kaidah yang dimaksud dapat dibagi dua tahap proses yang sebenarnya
kesemuanya itu adalah merupakan satu kesatuan teknis yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain karena saling mendukung untuk mendapatkan hasil karya
seni yang bermutu atau yang berkwalitas, namun demikian untuk permulaan belajar
dapat menggunakan kaidah dasar lebih dulu, karena dengan menggunakan kaidah
dasar tersebut sudah bisa dilihat hasilnya walaupun belum tuntas
penyelesaiannya.Contoh penerapan komposisi yang sifatnya:
a. Mengatur : bagaimana
seorang disainer Interior mengatur perabot rumah, hiasan, foto dalam satu
ruangan yang masing-masing disebut elemen estetik.
b. Menyusun :bagaimana
seorang disainer seni grafis menyusun huruf, kata-kata, kalimat, gambar dalam
satu bidang media cetak majalah atau surat kabar.
c. Meramu
: Kata meramu juga bisa diartikan mencampur bagaimana cara seorang
pelukis mencampur warna, dan seorang opoteker meramu obat dengan memperhatikan
kadar bahan yang dipakai
2. BALANCE (Keseimbangan) yang dimaksud ialah
cara mengatur beberapa benda atau bidang dalam satu bidang kertas gambar
agar hasilnya serasi dan harmonis. Ada beberapa macam keseimbangan dalam mengatur
bentuk/warna dalam gambar:
a. Keseimbangan
Simetri : “keseimbangan yang diterapkan pada pengatura benda atau bidang yang
sama bentuknya, atau jika gambar tersebut dibagi dua merupakan satu
bentuk yang dibagi dua sama besar atau sama dan sebangun.
b. Keseimbangan
a Simetris = keseimbangan yang diterapkan pada pengaturan benda atau beberapa
bentuk / warna yang tidak sama ukuran besar kecilnya benda, atau tidak sama
posisinya caa meletakkannya.
c. Keseimbangan
Skew Simetri = keseimbangan yang diterapkan pada beberapa bentuk benda atau
bidang yang sama tapi sehadap penerapannya banyak dipergunakan untuk menggambar
hiasan.
3. PROPORSI
(Perbadingan).
Semua
wujud benda yang ada di alam ini masing-masing mempunyai perbandingan atau
proporsi anara benda satu dengan yang lain atau bagian-bagian dalam satu unit
benda. Benda-benda yang dimaksud tersebut bisa benda ciptaan Tuhan, benda alam
bisa benda buatan manusia. Jika kita perhatikan ukuran-ukuran benda yang kita
lihat sehari-hari mempunyai ketentuan ukuran yang sifatnya normatif terdapat
benda-benda mati, benda hidup, atau makhluk hidup. Benda mati seperti : meja,
kursi, mobil dll Benda hidup : berupa tumbuh-tumbuhan mulai drai rumput, pohon,
bunga-bungaan, dll. Dalam penerapannya proporsi (perandingan) ada dua
kemungkinan yaitu :
a. Proporsi
yang diterapkan pada karya seni rupa dua Dimensi.
Proporsi
pada bidang ditinjau dari ukuran sisi bidang panjang dan lebar, secara umum
digunakan menurut golden saction yang dipakai sejak zaman kuno, yaitu
ukuran P : K = (2:3) (4:3) (5:7) dan seterusnya. Contoh : pada kertas
gambar, yang kita gunakan berukuran : 20 : 30 cm atau 30 : 40 cm juga seperti
pas foto 4 : 6 = 4 cm x 6 cm pada bangunan diterapkan pada : Panjang/lebar
jendela/pintu, mungkin juga pada ruangan. Untuk menerapkan bentuk benda pada
kertas gambar atau pada kanvas seperti menggambar alam benda maka
penerapannya proporsinya yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: Proposal antara besar gambar dengan luas
kertas gambar untuk mempermudah dapat dilakukan dengan cara yang ideal adalah
menentukan bidang 2/3 luas kertas gambar adalah merupakan besar
gambar. Contoh : Cara menentukan 2/3 bagian dari luar kertas gambar.
Ø
Bagilah sisi panjang menjadi 6 ruas
Ø
Bagilah pula sisi lebar menjadi 6 ruas
Ø
Hubungkan titik-titik 1/6 dari sudut kertas atau
ke bawah dan dari kiri ke kanan.
b.
Proporsi yang diterapkan pada karya seni rupa tiga
dimensi
Proporsi
pada karya seni rupa 3 dimensi. Proporsi antara benda satu dengan benda lain
yang ukurannya sudah tertentu (normatif). Misal : Gelas dengan Teko. Proporsi
antara satu dengan yang lain dalam satu unit benda misal sebuah cangkir
perhatikan tiga gambar.
Contoh : bandingkan mana yang benar dan mana yang salah antara pegangan cangkir dengan body cangkir.
Contoh : bandingkan mana yang benar dan mana yang salah antara pegangan cangkir dengan body cangkir.
4. FAKTOR
UNITY (Kesatuan) : Kesatuan yang
dimaksud disini adalah kesatuan yang ditinjau dari segi
penataan/pengaturan/penerapan atau rangkaian (inte-atif) hingga benda-benda
yang diatur dalam gambar satu sama lain saling mendukung, apabila dikurangi
salah satu bagian akan terjadi ketidak wajaran atau ketidak seimbangan. Ada dua
macam yaitu :
a. Kesatuan
antara bagian-bagian benda dalam satu unit benda, bila benda tersebut pada satu
nama misal : Teko, cangkir, dengan jelas dapat secara normatif apa bila benda
tersebut adalah teko, karena adanya elemen-elemen yang mendukung dalam satu
kesatuan misal : pada teko tersebut ada body, penyangga, tutup, tempat pansuran
air, dan elemen-elemn tersebut benar-benar punya ukuran tertentu yang normatif.
b. Kesatuan
dalam penataan (penerapan) bagaimana menata / mengatur benda yang nampak satu
sama lain saling mendukung hingga menghasilkan penataan yang serasi / artistik
dalam melakukan pekerjaan menggambarkan yang terdiri beberapa benda maka faktor
kesatuan (unity) sangat menentukan kebenaran kualitas pekerjaan tersebut.
Contoh : jika kita amati gambar dibawah ini akan merupakan perbedaan yang jelas
antara kesatuan dalam penataan dan kesatuan dalam satu unit benda.
Kaidah-kaidah tersebut merupakan persyaratan mutlak untuk membuat karya gambar / lukis yang sangat rrendasar juga merupakan faktor yang sangat mendukung agar karya penataan ruang bermutu atau bernilai tinggi.
Kaidah-kaidah tersebut merupakan persyaratan mutlak untuk membuat karya gambar / lukis yang sangat rrendasar juga merupakan faktor yang sangat mendukung agar karya penataan ruang bermutu atau bernilai tinggi.
Dalam
taraf permulaan ketiga kaidah tersebut sudah dapat dipergunakan untuk
membuat satu karya misal karya gambar bentuk untuk mengerjakan gambar
ada dua macam cara untuk menentukan obyek yaitu :
1. Menggambar
dengan model (material)
2. Menggambar
tanpa model (non material)
Menggambar bentuk dengan model atau tanpa keduanya tetap harus menggunakan memperhatikan ketiga kaidah yang telah di contohnya diatas, dan kaidah lanjutan sebagai tahap penyelesaian akhir atau tahap finishing.
Menggambar bentuk dengan model atau tanpa keduanya tetap harus menggunakan memperhatikan ketiga kaidah yang telah di contohnya diatas, dan kaidah lanjutan sebagai tahap penyelesaian akhir atau tahap finishing.
5. FAKTOR
INTENCITY : yang dimaksud ialah
ketajaman warna atau gelap terang pada penampilan gambar (lukisan) hingga kesan
bayangan demensinal benda benar-benar nampak, untuk menunjukkan kondisi volume
dari suatu benda atau menunjukkan kesan perspektif dari penataan benda-benda
dalam gambar, untuk mewujudkan hasil gambar / lukisan yang berkualitas
dibutuhkan ketrampilan / kemampuan yang tinggi.
6. FAKTOR
EMPHASIS : maksudnya adalah pusat perhatian dari seluruh rangkaian gambar atau
bagian dari gambar/lukisan yang dijadikan focus pandangan dengan istilah lain
dapat disebut Centra of Inters, untuk mewujudkan hal ini dapat dilakukan dengan
jalan memberi warna yang mencolok (kontras) atau membagi garis arah berlawanan,
dan dapat pula dengan arsir yang intensitasnya tinggi.
H.
UNSUR-UNSUR
SENI RUPA
Yang
dimaksud dengan unsur-unsur seni rupa ialah bagian-bagian yang sangat
menentukan terwujudnya suatu bentuk karya seni rupa karena pemahaman kerangka
dari pengertian unsur-unsur inilah maka seseorang akan mampu membuat karya seni
rupa menjadi lebih sempurna, unsur-unsur seni rupa yang dimaksud adalah :
1. Titik : Satu
bentuk/tanda yang dibuat dengan satu kali tekan dengan menggunakan alat
tulis/alat lukis, dapat pula dikatakan titik merupakan suatu bentuk yang paling
kecil dari seluruh rangkaian bentuk yang dibuat dalam pekerjaan
menggambarkan/melukis.
2.
Garis adalah
unsur senirupa yang paling sederhana tetapi penting dalam penampilan estetik.
Garis selalu dapat diamati secara visual pada tiap benda alam dan pada hasil
karya seni rupa. Dalam hal ini dibedakan antara garis alamiah dan garis yang
diciptakan (sengaja maupun tidak sengaja).Fungsi garis:
a. Untuk
memberikan representasi atau citra struktur, bentuk dan bidang. Garis ini
sering disebut garis blabar (garis kontur) berfungsi sebagai batas/ tepi
b. Untuk
menekankan nilai ekspresi seperti nilai gerak atau dinamika (movement),
nilai irama (rhythm) dan nilai arah (direction). Garis ini disebut
juga garis grafis.
c. Untuk
memberikan kesan matra (dimensi) dan kesan barik (tekstur).
Garis ini sering disebut garis arsir atau garis tekstur. Garis tekstur lebih
bisa dihayati dengan jalan meraba.
Sifat garis:
a.
Sifat garis menunjuk adanya beberapa jenis
garis, seperti:
b.
Garis lurus vertikal dan horizontal yang dapat
mengungkapkan kesan tertentu, seperti tenang, statis atau stabil.
c.
Garis putus yang dapat mengungkapkan kesan gerak dan
gelisah.
d.
Garis silang atau diagonal yang dapat mengungkapkan
kesan gerak, tegang dan ragu.
e.
Garis lengkung yang dapat mengungkapkan kesan lamban,
irama dan santai.
3. Bidang
Unsur bidang dalam senirupa adalah perkembangan dari penampilan garis,
yaitu perpaduan garis-garis dalam kondisi tertentu. Bidang dapat diamati secara
visual pada tiap benda alam dan pada hasil karya senirupa. Dalam hal ini
dibedakan antara bidang alamiah dan bidang yang dicipta (sengaja maupun tidak
sengaja).
Contoh:
a.
Bidang alamiah: bidang lapangan atau taman, bidang
sawah, bidang langit, bidang laut dsb.
b.
Bidang yang dicipta: Bidang lukisan, bidang segitiga,
bidang lingkaran dsb. -sengaja dibuat
c.
Bidang yang timbul karena pembubuhan warna, cahaya
atau barik. -tidak disengaja
Fungsi
bidang:
a.
Untuk menekankan nilai ekspresi dan nilai gerak (movement),
nilai irama (rhythm) dan nilai arah (direction).
b.
Untuk memberikan batas dan bentuk serta ruang seperti
yang tampak pada bangunan dan patung.
c.
Untuk memberikan kesan trimatra (3
dimensi) yang ditimbulkan oleh batasan panjang, lebar dan tinggi.
Sifat bidang:
a. Bidang
harizontal dan vertikal yang memberikan kesan tenang, statis, stabil dan gerak.
b. Bidang
bundar yang memberikan kesan kadang-kadang stabil, kadang-kadang gerak.
c. Bidang
segitiga yang memberikan kesan statis maupun dinamais.
d. Bidang
bergelombang (cekung dan cembung) yang memberikan kesan irama dan gerak.
4.
Ruang
Ruang sebenarnya tidak dapat dilihat (khayalan), jadi hanya bisa dihayati.
Ruang baru dapat dihayati setelah kehadiran benda atau unsur garis dan bidang
dalam kekosongan atau kehampaan. Misalnya ruang yang ada disekeliling benda,
ruang yang dibatasi oleh bidang dinding rumah, ruang yang terjadi karena garis
pembatas pada kertas.
Ruang adalah suatu kehampaan tiga dimensional, dimana benda yang ada
mempunyai kedudukan dan arah yang relatif. (Webster). Didalam senirupa dikenal
ruang 2D dan ruang 3D. Ruang dapat dihayati di alam dan pada karya senirupa,
karenanya dibedakan antara ruang alamiah dan ruang yang diciptakan (disengaja
atau tidak disengaja).
Contoh:
a.
Ruang alamiah: Ruang yang terdapat di alam yang dibatasi
oleh benda-benda alam dan karena pengaruh cahaya seperti pada pemandangan alam.
b.
Ruang yang diciptakan: Ruang interior dan
eksteriorsebuah bangunan yang dapat memberikan suasana yang dikehendaki,
seperti sebuah interior mesdjid atau gereja. -disengaja. Ruang yang
timbul karena penempatan berbagai warna, jarak gelap terang, seperti pada
sebuah lukisan. -tidak disengaja.
Fungsi
ruang:
a. Untuk
memberikan kesan trimatra (3 dimensi), seperti kesan kedalaman, jarak dan
plastisitas pada sebuah lukisan alam.
b. Untuk
menekankan nilai ekspresi seperti irama, gerak, kepadatan dan kehampaan,
seperti pada karya arsitektur dan seni patung.
c. Untuk
memberikan kesan nilai guna (nilai praktis), seperti ruang pada gelas (rongga
gelas), ruang pada lemari dsb.
Sifat ruang:
a. Ruang
terbuka atau ruang tak terbatas, yaitu ruang berada di luar/ di sekeliling
benda, seperti ruang eksterior bangunan yang dapat memberikan kesan keabadian/
kelanggengan.Ruang tertutup atau ruang terbatas, yaitu ruang berada dalam
batasan benda, seperti ruang interior bangunan atau ruang patung.
b. Ruang
perlambangan, yaitu ruang yang memberikan arti perlambangan kehadiran ruang,
seperti pada pernyataan ruang alam kecil (microcosmos) dan ruang alam besar
(macrocosmos).
c. Ruang gelap
terang, yaitu ruang yang timbul karena pengaruh cahaya atau karena pembubuhan
warna, seperti pada lukisan.
5.
Warna
Warna memberi pengaruh kejiwaan (fungsi psikologis), seperti warna hijau
dan putih dalam kedokteran memberikan perasaan tenang. Warna memberi pengaruh
keindahan (fungsi estetis). Warna memberi pengaruh perlambangan (fungsi
simbolik), baik untuk kepentingan pribadi, kelompok maupun yang bersifat
formal, informal dan asosiatif. Warna heraldik; warna yang dipakai menurut
kebiasaan (konvensi).
6.
Tekstur
Tekstur adalah unsur senirupa yang memberikan watak/karakter pada permukaan
bidang yang dapat dilihat dan diraba. Tekstur yang dapat dilihat atau diraba
pada permukaan bidang dibedakan antara tekstur alamiah dan tekstur buatan. Tekstur
alamiah ialah watak bidang yang tercipta oleh alam, seperti urat kayu atau
batu. Tekstur buatan atau tiruan ialah watak bidang yang dibuat (disebut juga
tekstur simulasi), membuat watak kayu pada bidang memberi kesan tekstur dengan
cara tehnik gambar tertentu. Fungsi tekstur: ialah untuk memberikan watak
tertentu pada bidang permukaan yang dapat menimbulkan nilai estetik. Misalnya
tekstur dari urat-urat kayu ditonjolkan pada permukaan bidang patung sesuai
dengan bentuk patung.
7.
Bentuk
Kata bentuk dalam senirupa diartikan sebagai wujud yang terdapat di alam
dan yang tampak nyata. Sebagai unsur seni, bentuk hadir sebagai manifestasi
fisik dari obyek yang dijiwai yang disebut juga sebagai sosok (dalam bahasa
Inggris disebut form). Misalnya membuat bentuk manusia, binatang
dsb. Ada juga bentuk yang hadir karena tidak dijiwai atau secara kebetulan
(dalam bahasa Inggris disebut shape) yang dipakai juga dengan kata
wujud atau raga.
8.
Gelap dan Terang (cahaya)
Meskipun cahaya kehadirannya tidak dapat dilihat seperti unsur senirupa
lainnya, tetapi cahaya tidak sedikit peranannya sebagai unsur senirupa. Cahaya
yang dapat memberikan pengaruh pada nilai keindahan karya seni meliputi: Cahaya
alamiah, yaitu cahaya sebagai unsur alam, seperti sinar matahari atau
bulan, cahaya petir atau cahaya apai. Cahaya buatan manusia, seperti
cahaya lampu, baterai dan sebagainya. Pada karya senirupa, cahaya sengaja
dihadirkan untuk kepentingan nilai estetis, artinya untuk memperjelas kehadiran
unsur-unsur senirupa lainnya. Peralihan dari gelap dan terang adalah upaya
untuk mempertegas volume suatu bentuk.
I.
Perkembangan Seni Rupa Anak Sekolah Dasar
Setiap guru SD perlu mengenal latar belakang anak
didiknya, khususnya landasan teori tentang dunia kesenirupaan anak yang telah
dikembangkan oleh para ahli, agar ia dapat memilih strategi pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi siswa. Anak Sekolah Dasar (SD) berusia sekitar 6 - 12
tahun. Berdasarkan teori tahap-tahap perkembangan menggambar/seni rupa secara
garis besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai
dengan kelas III ditandai dengan kuatnya daya fantasi-imajinasi, sedangkan kelas
IV sampai dengan kelas VI ditandai dengan mulai berfungsinya kekuatan rasio.
Perbedaan kedua karakteristik ini tampak pada gambar-gambar (karya dua dimensi)
atau model, patung dan perwujudan karya tiga dimensi lainnya.
Ada dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa
anak-anak. Pertama, mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan
senirupa anak menurut para ahli. Kedua, mengamati dan mengkaji karya anak
secara langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan karya anak
berdasarkan rentang usia yang relevan dengan teori yang telah kita pelajari.
Melalui kegiatan ini, diharapkan kita bisa memahami perkembangan seni rupa anak
secara komprehensif.
Dalam psikologi perkembangan dinyatakan baha pada
rentang kehidupan manusia khususnya anak ada yang disebut masa keemasan yang
dikenal dengan masa peka. Hal ini dipertegas oleh Piere Duquet (1953: 41)
bahwa: “A childre who does not draw is an anomaly, and particulary so in the
years between 6 an 10, which is outstandingly the golden age of creative expression”.
Pada masa peka atau keemasan ini anak harus diberi kesempatan agar potensi yang
dimilikinya berfungsi secara maksimal. Masa peka tiap orang berbeda-beda.
Secara umum, masa peka menggambar ada pada masa lima tahun, sedangkan masa peka
perkembangan ingatan logis pada umur 12 dan 13 tahun (Muharam dan Sundaryati,
1991: 33). Selanjutnya, untuk terciptanya kesempatan bagi siswa agar dapat
melakukan ekspresi kreatif, maka guru perlu melakukan kegiatan berupa:
1)
memberi perangsang (stimulasi) kepada siswa,
2)
guru dapat mempertajam imajinasi dan memperkuat emosi
siswa dengan menggunakan metode pertanyaan yang dikembangkan Sokrates.
Kemampuan
siswa kelas rendah dalam membuat gambar tampak lebih spontan dan kreatif
dibandingkan dengan siswa kelas tinggi. Hal ini terjadi karena semakin tinggi
usia anak, maka kemampuan rasionya semakin berkembang sehingga dapat berpikir
kritis. Kondisi ini akan mempengaruhi anak dalam hal spontanitas dan
kreatifitas karya. Bila rasionya sudah berfungsi dengan baik, maka dalam membuat
karya seni, misalnya menggambar, mereka selalu mempertimbangkan objek gambar
secara rasional; bentuk yang baik, proporsi yang tepat, penggunaan warna yang
cocok sesuai dengan benda yang dilihatnya.
Sejalan
dengan pendapat di atas, sebagai guru pendidikan seni rupa perlu memahami
perkembangan artistik (artistic
development) peserta didik.
1.
Masa Coreng-Moreng (Scribbling
Period)
Kesenangan membuat goresan pada anak-anak usia dua
tahun bahkan sebelum dua tahun sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan
jarinya yang masih menggunakan motorik kasar. Hal ini dapat kita temukan anak
yang melubangi atau melukai kertas yang digoresnya. Goresan-goresan yang dibuat
anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk objek. Pada awalnya,
coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik. Biasanya, tahap pertama
hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal atau
horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih
mengunakan moRotik kasar. Kemudian, pada perekmbangan berikutnya penggambaran
garis mulai beragam dengan arah yang bervariasi pula. Selain itu mereka juga
sudah mampu mambuat garis melingkar. Periode ini terbagi ke dalam tiga tahap,
yaitu: 1) corengan tak beraturan, 2) corengan terkendali, dan 3) corengan bernama.
Ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan adalah
bentuk gembar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat
membuat corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi Corengan
terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap
coretan yang dibuatnya. Hal ini tercipta dengan telah adanya kerjasama antara
koordiani antara perkembangan visual dengan perkembamngan motorik. Hal ini
terbukti dengan adanya pengulangan coretan garis baik yang horizontal ,
vertical, lengkung , bahkan lingkaran.
Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng
moreng. Biasanya terjadi menjelang usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan
bahasanya anak mulai mengontrol goresannya bahkan telah memberinya nama,
misalnya: “rumah”, “mobil”, “kuda”. Anak-anak memiliki jiwa bebas, ceria.
Mereka sangat menyenangi warna-warna yang cerah misalnya dari crayon.
Kesenangan menggunakan warna biasanya setelah ia bisa memberikan judul terhadap
karya yang dibuatnya. Penggunaan warna pada masa ini lebih menekankan pada
penguasaan teknik-mekanik penempatan warna berdasarkan kepraktisan
penempatannya dibandingkan dengan kepentingan aspek emosi. Pada masa mencoreng,
bila anak difasilitasi oleh orang tua maka akan memiliki peluang untuk
melakukan kreasi dalam hal garis dan bentuk, mengembangkan koordinasi gerak,
dan mulai menyadari ada hubungan gambar dengan lingkungannnya. Hal yang paling
penting yang harus dilakukan oleh orang tua dan guru pada masa ini adalah
dengan memberi perhatian terhadap karya yang sedang dibuat anak sehingga
tercipta kemampuan komunikasi anak dengan orang deswasa secara melalui bahasa.
2.
Masa Pra Bagan (Pre
Schematic Period)
Usia
anak pada tahap ini bisanya berada pada jenjang pendidikan TK dan SD kelas
awal. Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambarkan anak biasanya
berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan kepala
kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki.
Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap ini yaitu telah menggunakan
bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya.
Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu
dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang
disenanginya.
3.
Masa Bagan (Schematic
Period)
Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung
mengulang bentuk. Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah
(tampak pada penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus
dengan badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan rebah ke kanan).
Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis
pijak (base line).
4.
Masa Realisme Awal (Early Realism)
Pada periode Realisme Awal, karya anak lebih
menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan
penglihatan sendiri. Mereka menyatukan objek dalam lingkungan. Selain itu
kesadaran untuk berkelompok dengan teman sebaya dialami pada masa ini.
Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan
objek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya. Pemahaman
warna sudah mulai disadari. Warna biru langit berbeda dengan biru air laut.
Penguasan konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi
bertumpu pada garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan
garis horizon. Selain dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain
seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada periode ini. Ada perbedaan
kesenangan umum, misalnya: anak laki-laki lebih senang kepada menggambarkan
kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.
5.
Masa Naturalisme Semu
Pada masa naturalisme semu, kemampuan berfikir abstrak
serta kesadaran sosialnya makin berkembang. Perhatian kepada seni mulai kritis,
bahkan terhadap karyanya sendiri. Pengamatan kepada objek lebih rinci. Tampak
jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe visual. Tipe visual
memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak dan lingkungan, dengan fokus
pada hal-hal yang menarik perhatiannya. Penguasaan rasa perbandingan (proporsi)
serta gerak tubuh objek lebih meningkat. Tipe haptic memperlihatkan tanggapan
keruangan dan objek secara subjektif, lebih banyak menggunakan perasaannya.
Gambar-gambar gaya kartun banyak digemari. Ada sesuatu yang unik pada masa ini,
di mana pada satu sisi anak ekspresi kreatifnya sedang muncul sementara
kemampuan intelektualnya berkembang dengan sangat pesatnya. Sebagai akibatnya,
rasio anak seakan-akan menjadi penghambat dalam proses berkarya. Apakah gambar
ini seperti kucing? Sementara kemampuan menggambar kucing kurang
misalnya.Sebagai akibatnya mereka malu kalau memperlihatkan karyanya kepada
sesamanya.
6.
Periode Penentuan
Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri.
Perbedaan tipe individual makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan
melanjutkan kegiatannya dengan rasa senang, tetapi yang merasa tidak berbakat
akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi tanpa bimbingan. Dalam hal ini
peranan guru banyak menentukan, terutama dalam meyakinkan bahwa keterlibatan
manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam kehidupan. Seni bukan urusan
seniman saja, tetapi urusan semua orang dan siapa pun tak akan terhindar dari
sentuhan.
J.
PERANAN SENI
RUPA
a. Peranan
Bagi Anak Usia Dini
Bermain bagi anak
merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Dalam bertanya seni rupa
dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak nampak dan terlihat disebabkan
oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen, berlomba dan
berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak berkarya melalui
seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu
yang diinginkan. Dalam kelompok mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan
karyanya sesuai dengan gagasannya. Apabila anak berhasil berkarya, dengan
spontan ia akan berteriak dan bergerak, menandakan kegembiraannya. Anak
berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa yang dicapainya perlu mendapat
pemahaman/pengertian orang lain. Bermain sangat berguna bagi perkembangan anak
untuk persiapan dalam kehidupan masa dewasa. Permainan dimaksudkan antara lain
: Permainan “membentuk”; melatih anak untuk berkarya. Permainan “fungsi”;
melatih berbagai macam aktivitas fisik. Permainan “peranan”; berguna untuk
menyiapkan anak mampu melakukan peranan dalam kehidupan di kemudian hari.
Permainan “menerima”; berguna untuk memupuk kemampuan menerima kebudayaan.
b. Peranan
Guru
Peranan guru di
kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dan memahami
karakteristik siswa sebagai anak didik di kelasnya. Dalam melaksanakan kegiatan
kelas guru harus menjadi pengelola, perencana, penyuluh dan perancang program
yang baik dan tuntas. Guru yang simpatik, imajinatif, kreatif dan luas
pengetahuannya. Adalah prasarat mutlak bagi guru sekolah dasar.
c. Peranan
Sekolah
Sekolah berperan
sebagai tempat membina dan melatih diri melalui pengajaran dan pendidikan untuk
mengatasi segala masalah di masyarakat kelak setelah anak menyelesaikan
sekolah. Di sekolah anak-anak dihadapkan pada tuntutan untuk tetap bersikap
teratur berdisiplin (diam/tenang), memperhatikan petunjuk-petunjuk guru,
menguasai seluruh perangkat.
K. FUNGSI SENI RUPA
Sebagai unsur budaya, seni hadir atau diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia baik lahir maupun batin. Sebuah unsur budaya akan
tetap terpelihara keberadaannya jika unsur budaya tersebut masih berfungsi
dalam kehidupan sosial. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat merasakan betapa
kita sangat membutuhkan sarana berekspresi dalam menikmati keindahan bentuk.
Berdasarkan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan manusia, seni dipilah menjadi
beberapa kelompok.
1.
Fungsi Individual
Manusia terdiri dari unsur fisik dan psikis. Salah satu unsur psikis adalah
emosi. Maka fungsi individual ini dibagi menjadi fungsi fisik dan fungsi emosi.
a.
Fisik Fungsi ini banyak dipenuhi melalui seni pakai
yang berhubungan dengan fisik, seperti; busana, perabot, rumah alat
transportasi dan sebagainya.
b.
Fisik Emosional Fungsi ini dipenuhi melalui seni
murni, baik dari senimannya maupun dari pengamat atau konsumennya. Contoh:
lukisan, patung, film dan sebagainya.
2.
Fungsi Sosial
Fungsi sosial artinya dapat dinikmati dan bermanfaat bagi kepentingan orang
banyak dalam waktu relative bersamaan. Fungsi ini dikelompokkan dalam beberapa
bidang.
·
Rekreasi / hiburan Seni dapat digunakan sebagai sarana
untuk melepas kejenuhan atau mengurangi kesedihan. Contoh: film, komedi, tempat
rekreasi dan sebagainya.
·
Komunikasi Seni dapat digunakan untuk mengkomunikan
sesuatu seperti pesan, kritik, kebijakan, gagasan, dan produk kepada orang
banyak. Contoh: iklan, poster, spanduk, dan lain-lain.
·
Edukasi / Pendidikan Pendidikan juga memanfaatkan seni
sebagai sarana penunjangnya, contoh; gambar ilustrasi pada buku pelajaran,
poster ilmiah, foto dan sebagainya.
·
Religi / Keagamaan Karya seni dapat dijadikan ciri
atau pesan keagamaan. Contohnya; kaligrafi, arsitektur tempat ibadah, busana
keagamaan dan sebagainya.
1 comments:
Obat Benjolan Di Lidah
Obat Infeksi Usus Anak
Obat Sakit Ligamen Lutut
Obat Radang Pita Suara
Obat Bisul Di Telinga
Post a Comment