Facebook

Tuesday, 20 April 2010

Sepucuk Surat buat Akhi

Assalammualaikum Warahmatulah hiwabarokatuh,

Akhi, untuk kesekian kalinya kita bercakap-cakap. Walaupun tidak saling bertatap muka, walaupun isi pembicaraannya tidak melewati batas2 kewajaran, tapi hati merasakan sesuatu.

Sejujurnya, dihati ini ana menolak. Ana takut dibalik niat baik kita tsb (Insya Allah), syeitan selalu menanti kelengahan kita. Ana takut, yang semula niat suci hanya untuk minta keridhoan Allah SWT, tercemari oleh nafsu-nafsu dunia. Dibalik percakapan-percakapan tsb, timbul rasa senang.

Syeitan sudah memasang perangkapnya di hati ini. Ana takut hati yang semula ikhlas, menjadi timbul penyakit-penyakit hati. Sedangkan Allah telah berfirman:

"Dan janganlah kamu dekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu

perbuatan yang keji dan suatu yang buruk." (Al-Isra:32)


Dulu, hati ini pernah mengalami hal seperti itu. Sekarang ana ingin menata hati ini yang telah terpecah-pecah hanya untuk mengharap ridhoNya.

Mungkin antum bisa menjaga hati antum. Tapi ana? Ana butuh perjuangan keras agar jangan sampai terjatuh untuk ke dua kalinya. Padahal ana sudah meminta antum agar bisa membicarakan persoalan melalui email. Dengan email, hanya pokok persoalan saja yang tertuang, Tidak ada senda gurau, kalaupun ada mungkin hanya sebuah simbol senyum. Awalnya, antum terima saran ana ini. Selanjutnya mungkin antum lupa pesan ana tsb. Ana hanya bisa bersuudzan, karena hanya alternatif 'lupa' itu saja yang bisa ana temukan. Karena ana teringat akan sepotong kalimat:

"Berikan penafsiran terbaik ttg apa yang engkau dengar, dan apa yang diucapkan saudaramu, sampai engkau menghabiskan semua kemungkinan dalam arah itu."



Akhi, kalau memang sudah ditakdirkanNYa, saat-saat itu hanya beberapa bulan lagi. Insya ALlah. Bersabaralah akh, janganlah antum torehkan sebersit garis hitam selama penantian itu. Ana yakin, antum tidak bermaksud untuk menorehkan noda itu.

Kelak, bila masa tsb telah tiba, semuanya milik antum. Yang dulunya diharamkan oleh Allah, menjadi halal bagi antum. Tetapi tunggulah untuk beberapa saat. Sebentar lagi. Selama menunggu, ada kesempatan untuk menata hati. Melalui suatu ikatan, Allah memberikan banyak keindahan & kemuliaan.



Akhi, semula ana menerima antum karena dien yang antum miliki. Bukan karena harta atau keluarga antum . Ana ingin kelak antum bisa membimbing ana untuk selalu bisa berjalan dijalanNya. Ana ingin kelak bisa berdakwah bersama antum. Ana ingin.. ingin... dan semua keinginan muncul, setelah antum meminta kesediaan ana untuk menemani antum dalam menempuh kehidupan ini. Ana khawatir, semuanya akan kandas ditengah jalan sebelum masa tsb telah tiba. Tentu antum tidak mengharapkan hal itu terjadi.



Bantu ana akh, bantu untuk tidak terlalu sering berhubungan. Hati ini masih rapuh sekali, retakan2 hati ini masih basah, belum merekat dengan erat. Jangan sampai retakan-retakan itu kembali menjadi puing-puing.

Sungguh, sulit sekali bagi ana untuk menatanya lagi.

Akhi, ana mohon periksalah hati ini. Sudahkan niat diikhlaskan hanya untuk mendapatkan ridho Allah? Atau karena ada yang lain? Karena kekecewaan terhadap seseorang atau lingkungan yang tidak sesuai dengan harapan? Allah Maha Pengampun akh, menangislah mohon ampunan apabila niat tsb sudah berubah kejalannya syeitan. Istighfar akhi.



Ana juga berkaca di diri ini, mungkin tindakan ana selama ini salah. Membantu antum merasa yakin atas tindakan antum sendiri.

Afwan akhi, bukan maksud ana menjerumuskan antum ke jalan syeitan. Ana juga ber-istighfar dan mohon ampun ke Yang Maha Besar AmpunanNya dan Maha Pedih siksaanNya atas kesalahan yang tidak ana sadari ini.



Malam ini, ana bermunajat kepadaNya. Mohon diluruskan jalan yang akan ana tempuh. Mohon ampun atas segala kekhilafan yang telah ana lakukan sebagai makhluk yang tidak luput dari segala kealpaan. Ya Rabbi, bersihkan hati ini dari kotoran-kotoran yang membuat hamba lalai dalam beribadah. Dari kejahatan-kejahatan yang terselubung yang tiada hamba sadari. Ampuni hamba ya Allah. Amin.



Akhi, semoga ini mewakili ana yang tidak berani untuk menghubungi antum. Dan semoga antum mengerti alasan mengapa selama ini ana jarang sekali untuk memulai suatu pembicaraan. Sekali lagi afwan, bila hal ini menganggu antum, ini semata2 ana lakukan buat kemaslahatan kita bersama.



Jazakummullah khairan katsira.

Wassalamu'alaikum warohmatulah hiwabarokatuh,




2 comments:

Syahidah Amalina said...

ini surat untuk antum akh???
subhanallah sekali,,,, mengingatkan ana, pada seritanya ustadz dwi,, bahwasanya beliau pernah berkata pada seorang akhwat yang menjadi partnerx dalam beramanah dulu,,,, "assalamu'alaikum,afwan ukhti, mulai besok ana tidak akan menemui antum lagi, sukron. wassalamu'alaikum..."
hal itu beliau lakukan karna beliau pernah membayangkan wajah akhwat tadi, dan pernah memimpikannya,,,sungguh betapa kuatnya iman itu, sehingga ustadz dwi mampu menahan nafsu yang berada didpannya,,,,
lets,,,, perbaiki diri,,,, belajar menjadi yg terbaik utk allah,,,, ^_^

Anonymous said...

ngece ta ukh....?
opo wani akhwat kate kirim surat neng aku, wong sms an ae paling g wani....
iku cuma postingan... mugo2 g terjadi...

Post a Comment